Catatan Perjalanan : Susur Pantai Selatan ( part 1 )

Hari masih gelap di hari Sabtu, 3 Juli 2010 ketika saya dan kak Udi bersiap-siap untuk berangkat. Rencananya sesudah shalat subuh berjamaah di Masjid Al Mukhlishun, kami bersama adik-adik penggalang akan berangkat ke Pelabuhan Ratu untuk kegiatan susur pantai.

Rencana berangkat jam 5 pagi sempat tertunda karena ada beberapa masalah. Akhirnya jam 6 pagi kami ber-12 - Tara, Winny, Tania, Dhita, Dilla, Febi, Bagas, Yudi, Kak Udi, Kak Saivon, saya dan Pak Dimas - baru bisa berangkat dengan 2 kendaraan pribadi.

Kendaraan 1 langsung berangkat ke Pelabuhan Ratu, kendaraan 2 yang isinya kak Udi, saya, Bagas dan Yudi berangkat ke Bogor untuk menjemput Kak Edie, instruktur susur pantai kami :)

Perjalanan cukup lancar - meskipun agak sedikit macet di daerah Sukabumi - kami tiba di Pelabuhan Ratu sekitar pk. 10.30. Mengantarkan kak Edie ke tempat ibadah dulu yang ternyata lokasinya dekat sekali dengan Goa Lalay.

di depan goa lalay

Di Goa yang dulunya menjadi tempat wisata ini kondisinya sangat memprihatinkan. Ada beberapa sisa warung di depan. Dalam goa, hanya ada sejumlah kelelawar dan beberapa orang penduduk setempat yang sedang mengumpulkan kotorannya untuk dijadikan pupuk kompos berkualitas ekspor. Baunya sudah tercium jauh sebelum kami memasuki goa :)

Jam 12 siang, makan siang di Pelabuhan Ratu

Sesudah mampir shalat dzuhur, kami menemukan warung kecil dengan bangku2 menghadap ke laut untuk membuka perbekalan yang kami bawa dari rumah masing-masing.. nikmatnya...tanpa terasa jam sudah menunjukkan pk. 14.30 an waktu kami selesai makan. Harus bergegas berangkat kalau ngga mau kemalaman menyusur pantai dan air laut semakin pasang.

Kak Edie memberi pengarahan sebelum melakukan perjalanan menyusuri pantai.
Hal pertama yang disampaikan adalah 3 syarat untuk perjalanan susur pantai yaitu SENYUM, RILEKS dan ENJOY !!

Perlengkapan yang dibawa juga sebaiknya seringkas mungkin..
1 stel pakaian ganti, jaket/jas hujan, makanan secukupnya, senter, sarung/mukena, sikat gigi odol, obat nyamuk gosok, p3k, ditambah matras dan topi. Semua harus bisa masuk ke dalam backpack, dan dibungkus plastik, tidak ada yang dijinjing. HP dan Camera kalau ngga dibungkus plastik lebih baik ditinggal saja. Jangan lupa juga bawa air minum seperti pocari sweat yang cukup, dan minum sedikit demi sedikit saja di perjalanan. Yang penting juga, sebisa mungkin menggunakan backpack dan alas kaki yang kuat dan nyaman dipakai.

Jam 3 sore, siap berangkat

2 mobil kami titipkan di warung tempat kami makan siang itu, warung di Cisolok ini menjadi final destination kami nantinya. Kami mencarter angkutan umum seharga Rp. 100.000 untuk mengantar kami ke Cibareno ( sekitar 1/2 jam perjalanan dari final destination di Cisolok tadi, melewati batas propinsi Jabar ke Propinsi Banten ).  Waah...perjalanan Cisolok - Cibareno buat saya benar-benar uji nyali dunia fantasi !! Tanjakan dan turunan ekstrim menuntut keahlian dan kelincahan supir angkutan yang membawa kami ber-13 sekaligus dengan gembolannya .

 Tanjakan terakhir sebelum mendarat di terminal Cibareno

Kak Edie meminta supir menurunkan kami di terminal Cibareno yang sepi tidak ada tanda kehidupan terminal. Pemandangan yang sama seperti di Goa Lalay tadi. Hanya tersisa warung2 yang tutup karena sepinya terminal.


~ to be continue...
 bagaimanakah perjalanan susur pantainya ? bagaimana tantangannya ?
ikuti lanjutan kisahnya di sini

Comments

  1. ...

    Mba Lita ijin baca artikel dan numpang komen ya...
    artikelnya bagus bgt, inspiratif dan memberikan banyak masukan.

    terima kasih.


    thanks .
    admin
    Home Appliances and Home Improvement

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts