Belajar membuat lubang resapan biopori
Sejak diberitahu oleh seorang wartawan dari harian Republika mengenai lubang biopori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Bpk. Ir Kamir R Brata MSc dari Bagian Konservasi Tanah dan Air, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan dari IPB Bogor, saya menjelajah internet dan ketemu websitenya : www.biopori.com
Baca websitenya membuat saya yang hanya ibu rumah tangga yang awam masalah lingkungan ini jadi makin penasaran…
Bentuknya cuma lubang berdiameter 10 cm dengan kedalaman 1 m ?
Bisa mengurangi masalah banjir ? Bisa mengolah segala macam jenis sampah organik menjadi kompos ? Bisa mengurangi emisi gas rumah kaca ? Tapi bagaimana caranya ? Seperti apa bor tanah yang digunakan ? Bau ngga ? Ada tikus atau ular kah ? Dikerubuti lalat tidak ?
Banyak bener pertanyaannya..:D
***
Akhirnya di suatu pagi yang cerah, sesudah mengantar anak-anak ke sekolah, saya bersama teman2 meluncur ke IPB untuk menemui Pak Wahyu dari tim biopori.
Alhamdulillah, kami bisa ‘berguru’ langsung dengan Pak Kamir himself yang dengan sabar berkenan menjelaskan panjang lebar tentang apa dan bagaimana itu biopori di kamar kerja beliau dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh ibu rumahtangga awam seperti saya..
Sebagian besar yang dijelaskan oleh pak Kamir sudah dijelaskan juga di websitenya itu.
Lubang biopori ini berfungsi sebagai lubang resapan air, yang pori2 resapannya dibuat oleh ‘teman-teman’ bawah tanah kita, yang harus kita beri makan sampah organik.
“Sedikitnya ada 15 manfaat dari pembuatan lubang resapan biopori.
Sebagai penampungan sampah organik, menjaga keanekaragaman hayati dalam tanah, menyuburkan tanah, mendukung penghijauan, serta mengurangi emisi gas rumah kaca akibat pelapukan bahan organik.
Baca websitenya membuat saya yang hanya ibu rumah tangga yang awam masalah lingkungan ini jadi makin penasaran…
Bentuknya cuma lubang berdiameter 10 cm dengan kedalaman 1 m ?
Bisa mengurangi masalah banjir ? Bisa mengolah segala macam jenis sampah organik menjadi kompos ? Bisa mengurangi emisi gas rumah kaca ? Tapi bagaimana caranya ? Seperti apa bor tanah yang digunakan ? Bau ngga ? Ada tikus atau ular kah ? Dikerubuti lalat tidak ?
Banyak bener pertanyaannya..:D
***
Akhirnya di suatu pagi yang cerah, sesudah mengantar anak-anak ke sekolah, saya bersama teman2 meluncur ke IPB untuk menemui Pak Wahyu dari tim biopori.
Alhamdulillah, kami bisa ‘berguru’ langsung dengan Pak Kamir himself yang dengan sabar berkenan menjelaskan panjang lebar tentang apa dan bagaimana itu biopori di kamar kerja beliau dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh ibu rumahtangga awam seperti saya..
Sebagian besar yang dijelaskan oleh pak Kamir sudah dijelaskan juga di websitenya itu.
Lubang biopori ini berfungsi sebagai lubang resapan air, yang pori2 resapannya dibuat oleh ‘teman-teman’ bawah tanah kita, yang harus kita beri makan sampah organik.
“Sedikitnya ada 15 manfaat dari pembuatan lubang resapan biopori.
Sebagai penampungan sampah organik, menjaga keanekaragaman hayati dalam tanah, menyuburkan tanah, mendukung penghijauan, serta mengurangi emisi gas rumah kaca akibat pelapukan bahan organik.
Kemudian dari aspek sanitasi, untuk menjaga kebersihan akibat daun yang dipangkas atau berguguran, mencegah polusi udara, berfungsi meresapkan air lebih optimal.
Jika biopori tersebut dilakukan secara masif oleh masyarakat, lubang resapan biopori juga akan mampu mencegah banjir dan genangan.
Manfaat lain biopori adalah meningkatkan cadangan air dalam tanah, mencegah keamblasan tanah, menghambat intrusi air laut, dan mengurangi pencemaran air.”
( Kompas, 31 Januari 2008 )
Teknis pembuatan
Sesudah cukup mendapat penjelasan ( untuk lebih jelasnya silakan mampir ke : www.biopori.com ), pak Kamir mengambil alat pengebor bioporinya dan mengajak kami membuat lubang dengan alat ‘pengebor’ yang beliau ciptakan itu. ( Wah, sayang saya ngga bawa digicam saya ).
Beberapa hal yang saya catat dari penjelasan beliau :
- Tanah yang tertutup semen dan beton - termasuk yang tertutup lumut - tidak bisa meresapkan air, maka dibuat ‘saluran’ di sekeliling nya dan buat lubang2 biopori di sana berjarak sekitar 30 cm.
- Kalau ingin membuat lubang resapan di dalam selokan yang sudah terlanjur disemen, bisa dipecah dulu sedikit semennya.
- Kedalamannya paling dalam 1 m saja, tapi kalau ‘mentok’ sebelum 1 m krn ada batu/puing ya sudah, tidak perlu dipaksakan.
- Tinggal masukkan bornya, putar searah jarum jam, dan tarik tanahnya keluar. Saya sempat mencobanya dan ternyata mudah saja.
- Untuk ‘mulut’ lubangnya bisa diperindah dengan diberi semen atau pralon ukuran 4 inchi ( jangan lebih kecil ) selebar 2 cm..
- Kemudian masukkan sampah organik ( sampah kebun atau sampah dapur ) ke dalam lubang. Menurut beliau, sampah organik apa saja bisa dimasukkan ke lubang biopori itu…termasuk bangkai tikus ! tapi sebelum dimasukkan keluarkan dulu sebagian isinya, baru masukkan bangkai tikusnya, dan sesudahnya tutup lagi dengan isi yang tadi dikeluarkan.
- Jangan terlalu sering dipanen komposnya krn akan mengganggu keseimbangan di dalamnya -"kalau mau diambil ya setahun sekali saja", kata Pak Kamir. Dan ternyata alat pembuat lubangnya itu juga berfungsi sebagai pemanen kompos.
- Kalau ingin pohon dan tanaman yang kita pelihara subur, buat saja lubang biopori di dekatnya.
- Tikus tidak akan masuk ke sana, karena lubangnya kecil dan berisi sampah, dia tidak bisa keluar mundur. Lalat juga tidak masuk karena tidak terbang vertical. Jadi usahakan sampah yang paling atas adalah sampah yang tidak mengundang lalat.
Haaa…ternyata sesederhana itu !!
Bayangkan bumi kita ini yang sudah tertutup semen dan beton, bagaimana keadaan tanah di bawahnya ? Bagaimana tanaman dan pohon bisa tumbuh dengan baik di tanah yang gersang ? Bagaimana kalau tanah di bawah rumah kita begitu keringnya ? Dan air hujan yang seharusnya jadi berkah malah terbuang dan menjadi bencana.
( Wah, saya bener-bener salut dengan sosok pak dosen yang bersahaja ini )
Insya Allah, saya akan menulis liputannya lagi kalau sudah dijalankan di perumahan kami.
Ayo, buat lubang resapan biopori di lingkungan kita !
Gambar diambil dari sini
Jika biopori tersebut dilakukan secara masif oleh masyarakat, lubang resapan biopori juga akan mampu mencegah banjir dan genangan.
Manfaat lain biopori adalah meningkatkan cadangan air dalam tanah, mencegah keamblasan tanah, menghambat intrusi air laut, dan mengurangi pencemaran air.”
( Kompas, 31 Januari 2008 )
Teknis pembuatan
Sesudah cukup mendapat penjelasan ( untuk lebih jelasnya silakan mampir ke : www.biopori.com ), pak Kamir mengambil alat pengebor bioporinya dan mengajak kami membuat lubang dengan alat ‘pengebor’ yang beliau ciptakan itu. ( Wah, sayang saya ngga bawa digicam saya ).
Beberapa hal yang saya catat dari penjelasan beliau :
- Tanah yang tertutup semen dan beton - termasuk yang tertutup lumut - tidak bisa meresapkan air, maka dibuat ‘saluran’ di sekeliling nya dan buat lubang2 biopori di sana berjarak sekitar 30 cm.
- Kalau ingin membuat lubang resapan di dalam selokan yang sudah terlanjur disemen, bisa dipecah dulu sedikit semennya.
- Kedalamannya paling dalam 1 m saja, tapi kalau ‘mentok’ sebelum 1 m krn ada batu/puing ya sudah, tidak perlu dipaksakan.
- Tinggal masukkan bornya, putar searah jarum jam, dan tarik tanahnya keluar. Saya sempat mencobanya dan ternyata mudah saja.
- Untuk ‘mulut’ lubangnya bisa diperindah dengan diberi semen atau pralon ukuran 4 inchi ( jangan lebih kecil ) selebar 2 cm..
- Kemudian masukkan sampah organik ( sampah kebun atau sampah dapur ) ke dalam lubang. Menurut beliau, sampah organik apa saja bisa dimasukkan ke lubang biopori itu…termasuk bangkai tikus ! tapi sebelum dimasukkan keluarkan dulu sebagian isinya, baru masukkan bangkai tikusnya, dan sesudahnya tutup lagi dengan isi yang tadi dikeluarkan.
- Jangan terlalu sering dipanen komposnya krn akan mengganggu keseimbangan di dalamnya -"kalau mau diambil ya setahun sekali saja", kata Pak Kamir. Dan ternyata alat pembuat lubangnya itu juga berfungsi sebagai pemanen kompos.
- Kalau ingin pohon dan tanaman yang kita pelihara subur, buat saja lubang biopori di dekatnya.
- Tikus tidak akan masuk ke sana, karena lubangnya kecil dan berisi sampah, dia tidak bisa keluar mundur. Lalat juga tidak masuk karena tidak terbang vertical. Jadi usahakan sampah yang paling atas adalah sampah yang tidak mengundang lalat.
Haaa…ternyata sesederhana itu !!
Bayangkan bumi kita ini yang sudah tertutup semen dan beton, bagaimana keadaan tanah di bawahnya ? Bagaimana tanaman dan pohon bisa tumbuh dengan baik di tanah yang gersang ? Bagaimana kalau tanah di bawah rumah kita begitu keringnya ? Dan air hujan yang seharusnya jadi berkah malah terbuang dan menjadi bencana.
Dengan tindakan sesederhana itu, ternyata kita sudah dapat berbuat sesuatu untuk menyelamatkan lingkungan !Terima kasih banyak atas pencerahannya, Pak Kamir.
( Wah, saya bener-bener salut dengan sosok pak dosen yang bersahaja ini )
Insya Allah, saya akan menulis liputannya lagi kalau sudah dijalankan di perumahan kami.
Ayo, buat lubang resapan biopori di lingkungan kita !
Gambar diambil dari sini
di kota yang banyak beton ya akibatnya banjir... hehe... ga ada peresapan....
ReplyDeleteAnang : di kota yang banyak beton ya akibatnya banjir... hehe... ga ada peresapan....
ReplyDeletelha, iya, mas Anang...makanya bikin lubang-lubang, biar airnya ngga mubazir..;)
tulisannya banyak memberi inspirasi.
ReplyDeleteAduuhh... aku baru tau lo mba ttg lubang resapan biopori... tengkyu loh infonya. Sukses bwt program di pemukimannya yah:)
ReplyDeleteSaya juga heran Nih Mbak, orang lebih suka menyemen pekarangannya, sampai pohon dan tanaman gak bisa bernafas. Belum lagi, banjir yang akan mangancam
ReplyDeleteTrims informasinya nih. Mudah2an sih banyak yang mengikuti langkah mbak Lita, ramai2 bikin biopori.
ReplyDeleteMakasih banget karena udah sharing, mb! Terus nulis yang beginian, ya. Biar wawasan kita (baca: aku!) juga bertambah ... :)
ReplyDeleteCoba bayangkan kalo setiap rumah di kota-kota besar punya biopori, pasti 'teman-teman' kita yang ada di dalam tanah makin sehat. Banjirpun dapat dihindari.
ReplyDeleteHebat banget perduli lingkungan ni?
ReplyDeletesempet tertarik juga dan pengen buat di taman umum, namun gak pernah kesampaian, sampai hujan berhenti dan gak banjir lagi...:)
ReplyDeletehihihi.. keduluan lg.
ReplyDeletebaru aj ama misua mo bikin ini :)
sukses ya mba :)
Mba' Lita, infonya bermanfaat banget...
ReplyDeletemudah2an yang membaca ini banyak para developer perumahan dan sadar peduli bahwa banjir itu adalah salah satu dari tanggung jawabnya
ReplyDeleteilmu bu guru yang satu ini boleh tahan (kata orang malaysia), maksudnya mantab pisan....terus berbagi bu guru..tetap semangat, salam
ReplyDeletehehe... saya langsung ngumpulin "bahan" untuk membikinnya. Insya Allah saya coba juga di rumah, walaupun rumah saya nggak pernah kebanjiran.
ReplyDeleteWah salut deh ama mbak Lita ini....pemerhati lingkungan en terjun langsung en langsung action. Gak kayak saya..cuma berangan-angan thok....udah beberapa bulan minta dibuatin resapan biopori sama papanya anak-anak...sampe sekarang lom kesampean.
ReplyDeletePadahal..si papap ini muridnya pak kamir tea dan biasa ngebor tanah di pedalaman kalimantan pun.....kok ya sampe detik ini kok gak ada realisasinya..he.he.he.
Di belakang rumah saya ada tower sutt, karena dikelilingi rumah-rumah warga akhirnya tidak ada saluran pembuangan sehingga bila hujan tiba jadi danau kecil. Hampir setahun lalu saya mendengar info tentang biopori di televisi dan kemudian surfing di internet. Sejak 6 bulan lalu telah saya praktekkan di belakang rumah, dan alhamdulillah di musim hujan ini tinggi dan lama genangan turun hampir 50%. Ada 20 titik biopori yang tersebar di tanah kosong seluas kira2 300m2. Cuma saya tidak berani bikin lubang terlalu dekat tower. Takuuuuttttt....
ReplyDeleteOh ya... biasanya saya menambahkan serasah dedaunan dan potongan rumput liar ke dalam lubang itu 1-2 bulan sekali. Pernah sekali waktu saya mencoba menguras isi lubang, dan saya ganti isian baru. Ternyata kurasan lubang itu seperti layaknya kompos, secara kasat mata, materialnya persis seperti kompos yang biasa kita beli di kios-kios tanaman hias.
ReplyDeleteKalau ada yang mau bikin lubang, langsung aja bikin di pekarangan rumah masing2 juga baik kok. Atasnya ditutup pake besi cor dibentuk kres (#=silang), agar sewaktu2 bisa ditambah isinya. Alat bor-nya bikin sendiri sesuai inovasi masing2, pesan di tukang las ga mahal kok. Kalau pesan di www.biopori.com harganya 175ribu... Maaf deh!...
ReplyDeleteHebat bener isi postingannya mbak ! Salut untuk pask dosen dan mbak Lita !
ReplyDeletekmrn aku naik bis dari karet ke ciputat via blok m, di sekitar taman martha tiyahahu, 50mtr sebelum gerbang masuk parkir mall blok m, melihat banyak lubang resapan biopori di dalam taman-taman itu. senang sekali rasanya... dalam hati, "aku juga punya banyak LRB"...
ReplyDeletemau nnya, klo pke bor ny itu bisa ny cma d tanah doang yaa
ReplyDeleteklo kita pke bo rny d atas semen, bisa nggak ? atau kita hrus bongkar dlu semen ny bry d bor
iya, bisanya cuma di tanah, fungsinya juga untuk membuat biopori dalam tanah.
ReplyDeletekalau mau membuat lubang di semen memang hrs dibongkar dulu semennya.
Salam kenal, Kami menyediakan mesin bor tanah portabel, cocok untuk membuat lubang biopori. Apabila tertarik bisa menghubungi kami: (jatmiko/marketing/08123360509)
ReplyDeleteHai mba...saya tertarik buat lubang biopori ini,cuman saya masih bingung, kira2 begini pertanyaan saya :
ReplyDelete1. Setelah melubangi tanah, apakah bisa langsung masukkan dedaunan,sisa sayur rumah tangga,dst ke dalam lubang tersebut / saya masukkan pralon dulu?
2. Supaya tidak berbelatung tips nya apa ya mba? karena saya gelian sama belatung,hehe
3. Berapa jarak antar lubang biopori ke lubang biopori lainnya?
Notes: saya sangat tertarik dengan gerakan hijau yang mbak lakukan,sehingga saya pengin banget bisa buat lubang biopori, menanam vertikultur, membuat tas dari plastik,dst...
Hai..
Delete1. Bisa langsung masukkan dedaunan dan sampah organik. Saya ngga pakai pralon, tapi menutup lubangnya dengan pot kecil berdiameter 10 cm spy air hujan masih bisa masuk
2. Wah, belum pernah cari tau mbak...soalnya belum pernah nemuin kasus berbelatung di lubang biopori..hehe
3. sekitar 50 cm
Yuk, mbak...ikut melestarikan bumi itu mendekatkan kita pada Sang Maha Pencipta...
Selamat, blognya sudah terpilih di blog award detik.
ReplyDeletealhamdulillah...
Deletekoreksi dikit ya, bukan blog award detik tapi internet sehat blog award ( ISBA ) :)
terimakasih apresiasinya, mbak..
Ternyata banyak ya manfaatnya, dan gampang dibuatnya.
ReplyDelete