Bahaya kecanduan game online

Baca surat pembaca di Koran Tempo pagi ini, saya jadi inget posting saya belum lama ini mengenai hal yang sama.

Ternyata memang ada bahaya kecanduan lain selain narkoba.
Saya menuliskan lagi surat bapak Mohd Yusuf dari Tangerang ini, supaya bisa menjadi warning untuk para orangtua terutama yang kedua orangtuanya bekerja di luar rumah sampai malam, dan punya anak remaja cowok.

Saya prihatin melihat kenyataan yang sama di sekeliling saya .

Selain bolos sekolah berhari-hari mereka bahkan sampai berani berbohong pada orangtua dan mencuri !

Dan sama seperti pecandu narkoba, para gamers ini bisa jadi tahu apa yang mereka lakukan ini ( bolos sekolah, berbohong dan mencuri demi main game ) sebenarnya salah, tapi ngga bisa keluar dari 'jeratan' nya. Apalagi kalau lingkungan pergaulannya terus menerus menarik mereka kembali masuk ke sana.
Menurut saya, nge-game sebenernya fine2 aja, asalkan mampu mengendalikan diri dan tidak sampai menyebabkan perilaku 'buruk'.

Inilah surat pak Mohd. Yusuf...
"Pada saat ini, akses online game melalui internet sudah mewabah di setiap daerah. Hal ini membuat anak-anak remaja, mulai bangku sekolah menengah pertama sampai mahasiswa, kerasan duduk berjam-jam bermain online game atau melihat situs porno pada waktu belajar, baik pagi, sore, maupun malam hari, bahkan sampai 24 jam nonstop.

Melalui internet, mereka dapat mengakses online game untuk mencari lawan tanding dengan reward tertentu ( poin diperjualbelikan ) atau chatting dengan temannya di dunia maya tanpa dapat kita ketahui bagaimana perilaku dan sifat temannya tsb.

Kebetulan musibah ini menimpa anak laki-laki kami ( usia 14 tahun ) yang masih duduk di bangku SMP. Semula anak kami penurut dan terbuka kepada orangtua. Sekarang dia tidak terkontrol, sering tidak masuk sekolah, dan beberapa kali kabur dari rumah sampai berhari-hari.

Sudah seminggu anak kami pergi dari rumah hanya dengan berseragam sekolah tanpa memberitahu tempatnya berada. Kejadian ini pun tidak hanya menimpa kami, tapi juga dialami beberapa orangtua teman anak kami.

Kami sebagai orangtua sangat sedih dan prihatin atas musibah ini. Apa jadinya anak kami nanti ? Menurut guru konseling, permainan online game sudah menjadi candu dan tak ubahnya seperti orang kecanduan obat-obatan terlarang, lupa akan segala-galanya.

Saat pertamakali dia kabur dari rumah, kami telusuri seharian setiap rumah, toko dan warung internet yang ada di wilayah kami. Terlihat anak-anak berseragam sekolah di dalam ruko sedang asyik dengan permainan online game tsb. Setiap warnet selalu dipenuhi pecandu online game 10-15 anak. Bayangkan kalau ada 20 warnet, berarti ada 200 anak yang tidak belajar pada saat itu. Tentu sama halnya dengan daerah-daerah lain.

Wahai, bapak dan ibu yang berwenang di pemerintah pusat atau daerah, para pembuat keputusan, pengawas kebjakan, lembaga swadaya masyarakat, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan Anak, mohon dengan sangat agar warnet diseleksi serta ada pengawasan sebelum telanjur merusak generasi muda kita sebagai penerus bangsa tercinta ini. Terimakasih."

Comments

  1. Mungkin yang perlu diterbitkan Perda tentang warnet-game online & PS, yang bunyinya : pengunjungnya / pelajar berseragam dilarang masuk, atau mau lebih tegas lagi, disaat jam belajar ; "pelajar dilarang masuk".

    Yang kedua, setiap warnet diharuskan mem protect situs2 porno, supaya tidak bisa di access.

    Tetapi semua ini harus ada kontrol yang berkesinambungan,bukan hanya koar2 di awal saja.
    Dan peran aktif orangtua serta pemerintah (dinas pendidikan) untuk melakukan pembinaan mental generasi muda harus benar dikedepankan.

    Lakukan sebelum terlambat.

    ReplyDelete
  2. saya juga sangat khawatir dgn permainan yg hanya mengandalkan duduk di depan layar monitor seperti itu, selain membuang waktu, kreativitas gerak anak di luar justru terbelenggu oleh game2x canggih seperti itu.

    -Ajie-
    www.kodokijo.net

    ReplyDelete
  3. yup games online bisa membuat kecanduan juga yaaa.....
    dulu waktu kuliah eagle kecanduan games strategi tungnya ngk sampai segitunya

    ReplyDelete
  4. Ternyata dampak dr game online cukup mengerikan ya mba. Rayna jg udah mulai main game online spt dora, little einsteins, etc. Alhmadulillah msh terkontrol, sebulan cm maen 2-3 kali. Secara ibunya pelit ngasih ijin maen game.

    ReplyDelete
  5. Aduh jadi takut sendiri ! gimana anak saya yang sekarang baru berumur 6 & 8 th? Sekarang aja sudah begini zamannya?

    ReplyDelete
  6. Semoga anak-anak kita tidak sampai seperti itu ya bund. Selain kontrol dari pihak sekolah (misalnya dengan menutup pintu gerbang sekolah sejal jam masuk hingga jam pulang sekolah, sebagai orang tua kita juga harus sering2 memantau anak kita. Kita bekerja di luar rumah bukan sebuah alasan untuk tidak tahu dimana dan apa yang anak kita lakukan bukan?

    ReplyDelete
  7. kadang memang sebel kalau melihat anakku seharian anteng aja main PS..Memang untuk suatu kebaikan kita butuh ketegasan.

    ReplyDelete
  8. bener mbak..itu game online emang kayak wabah..hampir persis kayak nge-blog..hehe
    tetapi untungnya usia blogger rata2 dah bisa bedain bener salah dah bisa ngerem keinginan
    kalo game online kan banyak anak2 usernya.

    kebetulan aku ada di jajaran birokrat daerah...ya nanti pesen mbak aku terusin deh biar warnet2 dirazia pada jam sekolah.
    tapi kalo jam di luar sekolah kayaknya sulit deh mbak untuk razia warnet2..

    thx besar masukannya

    ReplyDelete
  9. Memang betul jadi candu. Bahkan tidak
    hanya terjadi pada anak2 SD-SMU.
    Mahasiswa, bahkan S2 juga masih suka.
    Temen saya ngajar ada yang masih suka
    main sampai jam 3 pagi !!!
    Warnet dirazia bisa saja. Tapi sekarang ada fasilitas internet
    unlimited di rumah yang murah meriah, gimana tuh ? Game Online pindah ke rumah ? Atau mungkin, justru lebih terkontrol ?

    ReplyDelete
  10. ya ampuun sampe segitunya yah anak2 ituh...
    tapi jangan kan anak2
    suamiku juga begitu...baru pulang kerja..langsung buka komputer degh..langsung maen game..sampe makan aja dimeja komputer... kadang2 aku protes juga..mbok yah..duduk2 dikti sama aku dan anak2 ...huh menyebalkan degh ... sampe sekarang suamiku masih juga begitu...kalo dirumah seharian maen game

    ReplyDelete
  11. he he he.. saya juga pernah jadi anak lelaki berumur 14 tahun, di masa itu memang segala yang berhubungan dengan segala ketabuan memiliki daya tarik tersendiri buat saya.

    Saat 14 tahun, memang belum ada games-online, jamannya masih ATARI yang masih 8bit. Tetapi di usia itu teringat sekali bersama teman-teman sekolah membuka majalah Playboy untuk pertama kali.

    Kebetulan saya memiliki orang tua yang tidak terlalu otoriter, kita juga jarang kumpul makan malem bersama-sama. Tetapi mereka selalu menjaga komunikasi yang baik.
    Jadi saat saya melihat majalah Playboy, saya bisa bercerita tanpa harus takut dimaki-maki, paling diomeli sedikit :-)

    Sekarang sudah memiliki buntut 2 manusia kecil, yang hobby main games, mbaca, nyanyi, ngomel-ngomel, lompat-lompat, jalan-jalan di Mall dan mengkritik. Mudah-mudahan komunikasi ke anak-anak bisa lebih terbuka dan bertanggung jawab :)

    ReplyDelete
  12. seiring dengan kemajuan teknologi.. tinggal bagaimana para orang tua bisa mengontrol anak.. untungnya lahir tahun 66.. jd dolo ga ada game online..:))

    ReplyDelete
  13. Sy pribadi merasa bersyukur Mbak, coz masa-masa kecanduan blog justru setelah lulus kuliah.....!

    ReplyDelete
  14. bener sekali, permainan online games juga melanda mahasiswa sehingga ketika di kampus tidak efektif aktivitas si mahasiswa ini.perlu ada nya himbauan orang tua akan dampak negatif permainan online ini...

    ReplyDelete
  15. Terimakasih buat semua komen dan sarannya...

    Setuju dg Hedwig, memang dibutuhkan komunikasi yang terbuka dengan anak2.

    Masalahnya di sini, anak-anak yg saya kenal di lingkungan saya ini mempunyai orangtua yg saya rasa cukup berkomunikasi dan concern dg anak2 remajanya, tapi ada 1 hal yg perlu diwaspadai oleh ortu...
    pengaruh lingkungan yang sangat kuat..., apalagi di kalangan remaja...

    Pada akhirnya, solusi yg ditempuh adalah : mengantar jemput mereka ke sekolah...

    Dan anak2 remaja ini berpesan :
    Kalau ngga ingin terjerat, jangan mulai main !

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts