Perjalanan menuju rumahtangga zerowaste

Duh, siapa sih yang tidak miris kalau mendengar atau membaca berita tempat pembuangan akhir sampah yang longsor dan mengakibatkan tewasnya warga di sekitarnya ? Dan itu terjadi sudah lebih dari sekali. Siapa yang bertanggungjawab atas tewasnya mereka ? Pemerintah daerah setempat ? Lho, memang darimana datangnya tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir sampah yang bau, jelek, sumber penyakit , beratnya berton-ton dan berbahaya itu ? Ayo, jujur...saya, anda, kita semua berkontribusi ! Atau jangan2 sebagian dari kita yang tinggal di perumahan ngga ngeh ya karena kita mampu membayar petugas kebersihan sehingga rumah dan lingkungan kita terlihat bersih dari sampah ?

“Ah,bukan saya kok, kan sampah saya sudah saya bakar”
knock..knock... hari gini masih bakar sampah ?

Jadi apa yang harus kita lakukan ?
Jawabannya sederhana, mulai dari diri sendiri !

Ibu rumah tangga, apa yang dapat kita lakukan ?

Suatu hari di tahun 2005, ibu mengirim kliping artikel dari Harian Kompas yg berjudul “Hidup dari Sampah : Belajar dari Prof. Hasan Poerbo” yang ditulis oleh Pak Emil Salim, mantan Menteri Negara KLH dalam Kabinet Pembangunan selama 2 periode.

Paragraf berikut ini ternyata kemudian menjadi sangat menggelitik saya untuk belajar meneruskan perjuangan Bpk Hasan Poerbo ( alm )
“Prinsip kedua, menanggulangi sampah selagi volumenya masih kecil di tingkat RT/RW atau kelurahan. Sampah, seperti api, selagi volumenya kecil, lebih mudah dikelola ketimbang menjadi besar sulit dikendalikan dan membawa bencana. Sampah terdiri dari bahan organis yang bisa diolah menjadi pupuk kompos dan bahan anorganis yang bisa didaur ulang para pemulung. Pengelolaan sampah lebih mudah saat volumenya masih kecil.”
Artikel Pak Emil itu lah yg kemudian menjadi posting awal di blog saya ini.

Meskipun sudah terinspirasi untuk berbuat sesuatu, tapi selama beberapa tahun berikutnya tetap saja saya tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana memulainya, karena saya merasa hanya seorang ibu rumahtangga awam yang tidak punya latar belakang ilmu lingkungan sama sekali.

Sementara ibu terus saja mengirimkan artikel mengenai sampah. Rasanya tidak mungkin untuk berdiam diri sementara mata dan hati sudah sangat gerah melihat tumpukan sampah yang keluar dari rumah saya. Rasanya tidak rela rumahtangga saya ikut berkontribusi menyumbang sampah plastik kresek, plastik refill, sachet kopi, botol kosmetik, styrofoam, batere bekas, tetrapak, botol kecap, botol sambal, yang sulit hancur di alam bercampur baur dengan sampah dapur, kulit buah, kulit telur, sayur basi, sisa makanan, tulang ikan, tulang ayam...dst..dst...menjadi tumpukan sampah yang bau dan merusak lingkungan.

Ya, rumahtangga adalah penyumbang sampah terbesar ! Dan menurut saya, ibu rumahtangga seharusnya menjadi orang yang paling bertanggungjawab untuk bisa mengelolanya dengan menerapkan prinsip 3R ( Reduce, Reuse, Recycle ) dalam keluarga.

Ibu rumahtangga tanpa latar belakang ilmu lingkungan tidak boleh menjadi alasan untuk tidak mulai mengelola sampah rumahtangganya.

Pada akhirnya, baru di tahun 2007, Kebun Karinda menjadi titik awal saya mulai belajar memilah dan mengelola sampah rumahtangga saya. Meskipun sampai saat ini masih dalam perjalanan menuju zero waste, saya coba berbagi pengalaman mengelola sampah rumahtangga saya di sini ya, supaya kita bisa sama2 belajar mengelola sampah rumahtangga kita secara baik.

Bagaimana cara mengelola sampah rumah tangga ?

Coba dengan membuat system pembuangan sampah dalam keluarga, kemudian mengajarkan dan melatih anak-anak dan pembantu rumahtangga untuk memilah dan membuang sampahnya di tempat yang benar dan dengan cara yang benar.

Mari kita kelompokkan sampah rumah tangga kita.

Sampah Organik

Rumahtangga menghasilkan sampah organik selain dari dapur sisa memasak, juga dari meja makan dan kebun.
Jangan membuangnya menjadi satu dalam 1 kantong plastik kresek bercampur dengan sampah non organik, krn akan membuatnya jadi ikut sulit terurai, dan menimbulkan bau busuk di tumpukan sampah akhir
Bila tidak punya halaman, cobalah belajar mengolahnya dengan keranjang takakura , dan kalau ada sedikit halaman coba buat lubang biopori. Bisa juga kombinasi keduanya.
Menurut pengalaman saya, kedua cara ini cukup sederhana dan mudah diterapkan.

Mendaur ulang sampah dapur menjadi kompos dengan keranjang takakura :
http://catatanlita.blogspot.com/2007/07/pelatihan-mengolah-sampah-rumah-tangga.html#links

Mengolah sampah organik rumahtangga dengan lubang resapan biopori :
http://catatanlita.blogspot.com/2008/03/belajar-membuat-lubang-resapan-biopori_15.html#links

http://catatanlita.blogspot.com/2008/08/lubang-biopori-di-rt-ku.html#links

Sampah Non Organik

Jumlah terbesar dari sampah non-organik rumahtangga bisa dipilah2 lagi menurut jenisnya. Ada yang berjenis kertas, plastik, dan kaca.
Tetrapak dicuci dulu sebelum dikumpulkan dengan teman2nya. Sampah berjenis plastik tebal ataupun tipis,

botol plastik, botol kaca, kaleng, sampah berjenis kertas, batere bekas dikumpulkan di tempat terpisah. Saya memisahkannya masih dengan cara sederhana seperti di atas.

Sesudah terkumpul dengan rapi dan bersih, kita cari cara lagi untuk ‘membuang’nya. Bisa disedekahkan kepada pemulung, tukang loak atau petugas kebersihan, cari tempat/drop box yang bisa mendaurulangnya atau mendaurulangnya sendiri.
Tapi sebelum menyumbang sampah non organik keluar rumah, kita coba terapkan prinsip 3R nya dulu yuk.

Reduce ( mengurangi ) :
- plastic refill : cobalah berpikir ulang ketika berbelanja, misalnya lebih baik membeli minyak goreng, detergent, pelembut cucian secara ‘curah’ dengan membawa botol / wadah sendiri ( ada lho agen penjualan seperti ini ) atau beli dalam botol besar daripada membelinya dalam plasik refill
- styrofoam : bawa rantang atau wadah sendiri kalau berniat membeli makanan di luar rumah
- kantong kresek : usahakan bawa tas belanja sendiri, tolak penggunaan kantong kresek apalagi yang tidak biodegradable, menggunakan baskom waktu belanja ke tukang sayur depan rumah
- bungkus sachet : sama seperti plastic refill, sebisa mungkin kita usahakan tidak membeli produk yang dikemas dalam sachet.

Reuse ( menggunakan kembali )

Recycle ( mendaurulang ) :
Sudah banyak yang melakukan, tapi sebaiknya jadikan pilihan terakhir dalam pengelolaan sampah rumahtangga.
- plastik refill berjenis tebal, atau sachet bekas kopi atau indomie yang berjenis tipis dijahit/dianyam menjadi tas, payung, dompet dsb.
- kantong kresek atau kantong2 plastik berjenis tipis dan lentur dirajut menjadi tas, sandal hotel, dompet dsb . Caranya sudah saya share di : http://catatanlita.blogspot.com/2010/02/membuat-tas-rajutan-dari-plastik-kresek.html#links
- kertas didaurulang menjadi kertas lagi atau menjadi berbagai macam pernak pernik yang lucu
kaleng2 dan botol dihias dan dicat menjadi wadah yang unik
dsb

Kalau melihat jenis sampah yang ada di rumahtangga, berharap banget deh produsen mengurangi memproduksi barang yang dikemas dalam plastik, apalagi kalau bisa menerima lagi limbah botol/wadah nya.
Prinsipnya : lebih baik kita berpikir untuk sesedikit mungkin memproduksi sampah yang keluar dari rumah kita sebelum berpikir bagaimana mendaurulangnya
Jadi, sebagai wujud rasa syukur kita atas semua karunia yang telah diberikan, marilah mulai sekarang kita tinggalkan cara membuang sampah dengan memasukkan semuanya dalam 1 kantong kresek, karena hanya ada satu bumi yang dititipkan pada kita untuk dipelihara.

Comments

  1. Waw pengelolaan sampah ya Bu.. Hmm informasi yang menarik nih, tinggal diimplementasikan saja :-D

    ReplyDelete
  2. Menarik sekali! salut sama mba Lita yang kekeuh banget ttg kepedulian lingkungan..

    Saya jadi terinspirasi untuk menerapkannya di rumah.. Selama ini baru bisa mengurangi pemakaian kresek (walaupun, masih suka pake juga). Ternyata banyak yang bisa dilakukan untuk pengurangan sampah.

    TFS

    ReplyDelete
  3. Jadi ingat kisah nyata ini Mbak (sori agak panjang gak papa ya... :D)
    Seorang teman yang melakukan eksperimen skripsinya seputar takakura pada hari pertama memasukkan dedaunan ke dalam keranjang sampah. Besoknya, daun itu terurai dengan sukses.
    Hari kedua, si teman memasukkan sampah berupa nasi sisa jamuan di meja makan. Besoknya, sampah nasi itu juga sukses terurai.
    Hari ketiga, si teman saya memasukkan bangkai tikus ke dalam keranjang sampah. Besoknya, bangkai itu ternyata masih utuh. Aneh!!

    ReplyDelete
  4. Tulisannya inspiratif banget mbak. Pelan2 saya mau nyoba ini di rumah. *sulit dipercaya memang, he he :D

    Salam kenal,

    ReplyDelete
  5. Tulisannya inspiratif banget mbak. Pelan2 saya mau nyoba ini di rumah. *sulit dipercaya memang, he he :D

    Salam kenal,

    ReplyDelete
  6. wuih, ibu rumah tangga yang luar biasa.. jadi ingat pengalaman saat sedang membeli sesuatu, biasanya malah si pedagang yang maksa memberikan plastik.. gerakan ini harus lebih dimasyarakatkan ya..

    ReplyDelete
  7. hello mbak salam kenal... ijin share boleh ? thanks

    ReplyDelete
  8. Dhodie Waw pengelolaan sampah ya Bu.. Hmm informasi yang menarik nih, tinggal diimplementasikan saja :-D

    Nah, itu dia yang penting, Dod, mengimplementasikan..;-)

    ReplyDelete
  9. Lintang Saya jadi terinspirasi untuk menerapkannya di rumah.. Selama ini baru bisa mengurangi pemakaian kresek (walaupun, masih suka pake juga). Ternyata banyak yang bisa dilakukan untuk pengurangan sampah.


    sip deh..yuk, kita mulai dari sekarang..:)

    ReplyDelete
  10. Fiz
    Hari ketiga, si teman saya memasukkan bangkai tikus ke dalam keranjang sampah. Besoknya, bangkai itu ternyata masih utuh.Aneh!!


    Ya, ngga aneh dong...lha bangkainya dimasukkan ke keranjang sampah...ya bau lah, Fiz...haha..

    ReplyDelete
  11. HandikaTulisannya inspiratif banget mbak. Pelan2 saya mau nyoba ini di rumah. *sulit dipercaya memang, he he :D

    wah, keren..kamu pasti bisa, Handika..percayalah..:D salam kenal juga ya..

    ReplyDelete
  12. Piechawuih, ibu rumah tangga yang luar biasa.. jadi ingat pengalaman saat sedang membeli sesuatu, biasanya malah si pedagang yang maksa memberikan plastik.. gerakan ini harus lebih dimasyarakatkan ya.

    iya, betul, mb Piecha, mudah2an satu saat nanti para pedagang jg jadi meninggalkan plastik, tks sudah mampir ya..:)

    ReplyDelete
  13. Hernik hello mbak salam kenal... ijin share boleh ?

    salam kenal juga, mbak Hernik. boleh banget kalau mau dishare..tks

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts